Sabtu, 01 Februari 2014

When The First Time I Saw You

Ini sebenernya tuntutan dari Bg Topik si tapir, dan cuma pengen aku jadikan sebagai asumsi pribadi doang. Cuma yaudah deh gakpapa, apa salahnya berbagi ya gak?wkwk

Jadi ceritanya gini.....

Aku bergabung dalam sebuah organisasi sekolah ber-merk OSIS. Program kerja pertama osis di sekolahku itu ngadain pertandingan badminton antar kelas sesudah ujian semester. Jadi, aku yang saat itu bertugas untuk nyatetin skor di lapangan dua agak aneh gitu dengan seorang cowo-sok-keren pake kacamata, pake jacket jeans, dan headseat yang dipasang cuma di sebelah telinga, ditambah waktu itu dia lagi ngunyah permen karet berada di lapangan. Bisa ngebayangin gak gimana penampilannya? Gak muluk-muluk, saat itu aku gak suka gayanya yang SOK OKE (wakaka) Mikir juga kenapa aku punya abang kelas macam gini._.

Nah, selesai pertandingan, anggota osis ngadain rapat tentang bagaimana jalannya pertandingan hari itu. Dan yang buat aku shock adalah..........DIA MASUK DALAM ANGGOTA OSIS!!!! Parahnya ya, PARAHNYA dia masih sempet-sempetnya dengerin musik dari headseat yang satu kuping terus masih tetep pake acara ngunyah permen karet pula! Padahal ya, padahal itu posisi lagi rapat! Catet: L.A.G.I R.A.P.A.T!-_-Mikir juga gimana jadinya osis punya anggota begini.__.

Kebayang kan gimana penampilannya? Seberapa slengek gayanya? Seberapa sok unyu-nya dia? Pasti pada ngira dia itu sombong. SAMA! Aku juga berfikir gitu awalnya. Tapi, mungkin disinilah berlaku kalimat, don't judge book from the cover!

DIA yang awalnya aku kira sombong, ternyata....Ya begitu wkwk

Aku pernah ngedapetin dia sholat dzuhur di mushola sekolah. Dalam hati berkata, "bisa sholat juga ternyata."

Selang beberapa hari, pulang sekolah aku ke kantin. Kebetulan hari itu aku lagi ada latihan ekskul jadi cari makan siangnya di kantin. Tiba di kios bunda niatnya mau pesen nasi goreng atau minta dimasakin mi, eh si bunda malah gak ada. Yang ada cuma ayah yang lagi bikin minuman buat si itu...abang kelas tengil-_-

Aku yang sadar bunda gak ada, malah nanya ke ayah gini, "Yah, nasi gorengnya abis ya?"
Tiba-tiba si tengil satu itu ngejawab, "Gadak-gadak, udah sana pergi hush"
Aku bengong, lah? ini anak sejak kapan nikah sama emak gua? Wong manggil ayah, kenapa dia yang nyaut?-_-Tapi disisi lain aku masem-masem juga, bisa ngomong juga ternyata. Dikira sombong yekan? wkwk Oke, it's the first time elu negor gua!

Terus...
.....
....
....
....
....
....
....
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
UDAH YA BG TOPIK, ITU JADI RAHASIA MONGA AJA YANG JELAS UTANG UDAH DIBAYAR WKWK;p

Rabu, 08 Januari 2014

(Maybe) This is a History

Lucu ketika mengingat pertemuan pertama kita yang tidak terduga.
Senang ketika tau bahwa kita memiliki perasaan yang sama.
Bahagia ketika kita berdua sama-sama berjuang dengan apa yang menjadi penghalang.
Terharu ketika aku berada diujung keterpurukan mengingat bahwa setidaknya aku masih memilikimu yang ntah bagaimana menjadi kekuatanku dalam menghadapi semua hinaan dan cacian dari mereka yang jelas-jelas tidak mengerti diriku.
Heran ketika semua berubah di malam pergantian tahun.
Bingung ketika aku sendiri tidak tau berbuat apa sehingga membuat kau begitu marah.

Aku bertanya namun kau tak ingin menjawab dan tak berniat membantuku untuk menemukan kesalahanku. Kau menyuruhku intropeksi dan aku kehilangan point intropeksiku. Namun, tidakkah kau berfikir bahwa seharusnya bukan aku saja yang harus intropeksi?

Ketika aku bertanya, apakah perjuanganmu hanya sampai disini? Dan dengan kata lain kau menjawab, 'IYA' membuat hatiku hancur dan harus menelan pil kekecewaan? Sebenarnya apa salahku sehingga semuanya menjadi seperti ini?

Melihatmu dari dekat namun terasa sangat jauh membuat hatiku teriris. Aku merindukanmu. Sangat. Tapi apakah kau peduli?

I remember when you said, 'i belong to you, you belong to me,' padaku. Ketika kita saling menggoda dan berujung dengan mengucapkan kata-kata manis like iloveyou, aku kangen kamu, dan etc.

Sayang, seharusnya aku gak terlalu jatuh dan terbuai dengan kata-katamu:')

Tapi aku tidak menyesal dengan apa yang terjadi saat ini. Aku menghargai keputusanmu yang memang menganggap semuanyaa telah usai walaupun jujur aku masih mengharapkanmu untuk kembali. Setidaknya menjelaskan kenapa kau pergi meninggalkanku dan membuatku bisa terima keputusanmu dengan lapang hati. Bukannya begini, meninggalkanku dengan pikiran yang seperti benang kusut demi mencari jawaban dari pertanyaan, apa salahku?

Huh, sudahlah. Kemanapun nasib membawa kita, kurasa itulah yang terbaik:')

Senin, 05 Agustus 2013

FF SHINee : Still In My Mind



Tittle                : Still In My Mind
Author             : Loemongga Khofifah
Cast                 : Lee Jinki
                          Kim Yeonju
                          Choi Minho
Length             : One Shoot
Rating              : PG-15           
Genre              : Romance, Angst, Friendship
***
            “Chagi, berhenti disini sebentar” ucapku pada Minho yang sudah menjadi kekasihku sejak lima tahun terakhir.
            Mendengar perintahku, Minho langsung memberhentikan mobilnya dipinggir jalan, tepat di depan toko yang menjajarkan banyak bunga. Aku membuka pintu dan mengambil langkah untuk keluar.
            “Tunggu!” cegah Minho seraya menahan tanganku.
            “Kenapa?”
            “Ini. Pilih yang paling bagus,” dia menyerahkan beberapa lembar uang padaku.
            “Tidak perlu. Aku punya uang kok. Aku pakai uangku saja,” tolakku.
            “Aku tau sayang, pakai ini saja ya~”
            “Minho-ya, terkadang aku malu ketika setiap kali kita pergi bersama selalu saja kau yang membayar semuanya. Jadi tolong, kali ini biarkan aku yang mengeluarkan uang,” aku menyentuh pipinya dengan telapak tanganku. Sebuah cara agar dia tidak tersinggung akibat tolakanku.
            “Ng…Baiklah kalau itu maumu,” ucapnya dengan nada terpaksa.
            Aku tersenyum sebelum benar-benar meninggalkan mobilnya. Minho memang lelaki yang keras kepala. Sangat sulit untuk menolak perintahnya. Apalagi prinsipnya yang mengatakan setiap pria wajib membayar semua biaya ketika mereka berkencan dengan pacar. Huh, dia membuatku seperti wanita yang hanya memanfaatkan uangnya-_-
            “Ahjumma, tolong beri aku sebuket mawar putih,” kataku pada bibi penjual bunga.
            Dengan cepat ahjumma itupun memberikan pesananku.
            “Ini agashi” dia menyerahkan bunga mawar itu.
            Aku menerimanya. Baru saja aku memegang bunga itu tapi aromanya dengan cepat menghuni hidungku. Harum batinku dalam hati.
            “Berapa harganya?”
            “Cuma 50.000”
            Aku mengeluarkan dompet yang sedari tadi bertengger di dalam tas sandangku.
            “Ini” kataku sambil mengulurkan selembar uang.
            “Sebentar, aku ambil kembaliannya”
            “Tidak usah ahjumma. Sebagai gantinya, bolehkah aku menerima setangkai mawar merah ini?” aku menunjuk deretan mawar merah.
            “Oh tentu saja,” katanya seraya mengambil setangkai dari deretan mawar merah yang aku tunjuk tadi.
            Baru saja aku mengambil bunga itu, terdengar suara klakson mobil Minho.
            “Apa masih lama?” teriaknya dari dalam mobil
            “Sebentar,” balasku tak kalah berteriak.
            “Terimakasih atas bunganya ahjumma,” aku membungkuk.
            “Seharusnya aku yang berterimakasih,” ahjumma itu tersenyum “Sudah cepat pergi. Pacarmu sudah menunggu”
            “Nde, Annyeong~”
            Cepat-cepat aku pergi sebelum Minho menunggu lebih lama.
            “Sudah?” tanyanya setelah aku masuk kedalam mobil.
            Aku menaruh bungaku di dashbor mobil dan menghadap kesamping, lebih tepatnya menghadap ke Minho.
“Yak! Kenapa kau tak bisa bersabar oh?”
DEG! Layaknya De Javu, kejadian itu terputar lagi di pikiranku.
“Sabuk pengamanmu!” tegur Minho.
“Mmm,” aku tergagap dan langsung memakai seatbelt.
“Kau siap? Sebentar lagi kita bertemu dengannya,” Minho tersenyum dan meraih jemari tangan kiriku.
Aku tersenyum puas sambil mengangguk. Lagi, pikiranku melayang ke waktu 13 tahun silam. Ditemani genggaman  Minho yang masih tertempel di jemariku, aku mengingat kembali masa-masa bersama dia, sahabat sekaligus cinta pertamaku.
***
Ini hari pertama Masa Orientasi-ku di Junior High School. Tapi ntah kenapa aku malah datang terlambat. Akhirnya aku dihukum untuk bernyanyi diatas podium aula. Ah, ini sungguh memalukan!
“Yunho-ya, ini ada seorang lagi yang terlambat,” ucap salah satu sunbae yang tak aku kenal namanya pada sunbae yang sedang menghukumku sekarang.
“Bagus. Kau kemari! Karena kau terlambat, maka bernyanyilah” ucap Yunho sunbae sambil menyerahkan mickrophone pada anak tadi.
“Sebelumnya, perkenalkan dulu dirimu,”
“Ng…Annyeonghasimnikka. Naneun Lee Jinki imnida,” ucap anak laki-laki disebelahku sambil membungkuk. Kesan pertamaku adalah, dia cukup berani.
Tak berapa lama, dia melantunkan lagu yang belum pernah aku dengar sebelumnya. Lagu yang asing buatku, tapi nyaman untuk di dengar. Aku tercengang. Suara lembutnya mampu membuatku dan semua orang yang ada disini, menganga.
Tak berapa lama, dia menghentikan nyanyiannya. Semua orang bertepuk tangan, kecuali aku. Ntah kenapa aku tiba-tiba merasa gugup. Jantungku berdegup kencang. Kini alunan indah yang tadi terucap dari bibirnya selalu terngiang-ngiang di kepalaku.
Dia menyerahkan mickrophone yang tadi dipakainya kepadaku. Aku berdehem, dan menerima serahannya.
“Ng…Naneun Kim Yeonju imnida,” kini aku bertambah gugup. Terlebih Jinki terus memperhatikanku.
“Ng….apa yang harus aku nyanyikan? Menyanyi itu adalah hal yang sulit” Mendengar ucapanku, semua orang yang ada disana mengeluh. Biarkan saja, dari pada aku memalukan diriku sendiri?
“Kau tidak mau menyanyi?” tanya Yunho sunbae dengan nada sinisnya.
“Mianhae sunbaenim” aku membungkuk.
“Yak! Kalau begitu, singkirkan semua debu yang ada di perpustakaan!”
Aku tercengang. Jangan bercanda. Bahkan letak perpustakaan saja aku belum tau, sesalku dalam hati.
“Palli!” perintahnya sedikit berteriak.
Aku menelan liurku dengan susah payah. Ku langkahkan kakiku dengan berat memasuki bagian dalam sekolah yang menampilkan banyak ruang kelas.
Di lantai koridor, aku melihat dua bayangan. Aku yakin salah satu bayangan itu adalah diriku. Tapi bayangan milik siapa satu lagi? Hantu kah? Tidak, tidak mungkin ada hantu di pagi hari. Karena penasaran, dengan ragu-ragu aku menoleh kebelakang.
Ku lihat anak yang baru 20 menit tadi ku ketahui namanya. Lee Jinki, nama yang begitu lekat di dalam memori otakku. Wajahnya yang terkena sinar matahari pagi menambah kesan tampan disana. Tanpa ku sadari, aku sedang mengagumi ciptaan Tuhan yang satu ini.
“Kenapa melihatku seperti itu? Apa ada yang aneh?” seketika aku membuyarkan pikiranku.
“Tidak!” jawabku salah tingkah. “Kenapa kau mengikutiku?”
“Mereka yang menyuruhku. Mereka bilang kita ditakdirkan untuk bersama. Jadi aku harus ikut membersihkan perpustakaan bersamamu”
“Tapi kau kan sudah bernyanyi. Kenapa harus ikut membersihkan____”
“Sudah ku bilang kan, mereka menganggap kita ditakdirkan untuk bersama. Jangan banyak tanya,” katanya sambil berjalan mendahuluiku. Aku terdiam ditempat. Menatap punggungnya yang semakin menjauh. Ada apa dengan jantungku?
“Haish, kenapa kau diam saja?” dia kembali dan menarik tanganku. Menuntunku berjalan kearah perpustakaan. Ah, kenapa kau tak bisa bersabar? Bahkan untuk meredam gempa yang ada di dadaku saja, aku tidak bisa.
***
Minho sedikit meremas jemariku yang sedari tadi dia pengang dengan lembut. Membuatku tersadar dari lamunanku.
Aku menoleh kearahnya, “Kenapa?”
“Kau yang kenapa sayang? Daritadi tersenyum terus.”
“Ah, benarkah?” aku terkekeh.
“Hm..kau terlihat aneh. Sedang memikirkan apa? Aku ya?” tanya Minho dengan nada sedikit menggoda.
“Enak saja. Memangnya aku selalu memikirkanmu?” aku memanyunkan bibir bawahku, meledeknya.
“Harusnya begitu karna aku selalu memikirkanmu” ucapnya sambil tertawa.
“Ck, dasar!” aku tersenyum dan memalingkan pandangan kearah jendela. “Hujan ya? Sejak kapan?”
“Yaampun Yeonju, pikiranmu kemana aja sih?” Minho sedikit kesal padaku. Tapi aku tak terlalu menanggapinya.
Hujan mengingatkanku pada masa SMA. Masa dimana aku memahami perasaan tanpa kata-kata.
***
Aku dan Jinki memang selalu pulang sekolah dengan berjalan kaki. Tapi saat di tengah perjalanan, hujan memenjarakan kami berdua. Aku sedikit berlari untuk cepat sampai di pohon yang rindang. Jinki menyeimbangkan langkahnya dan menutup kepalaku dengan telapak tangannya.
“Yeonju, kita berteduh disana saja ya?” Dia menunjuk sebuah rumah pohon yang tak jauh dari kami. Aku mengangguk menyetujui. Jinki menarik tanganku agar berlari lebih cepat.
“Kau naik lebih dulu,” Aku pun menaiki tangga kayu yang menempel pada batang pohon, diikuti oleh Jinki dibelakangku.
Karena rumah pohon itu sangat sempit, jadi aku dan Jinki membiarkan kaki kami bergelantungan dan basah kena air hujan. Aku mendekap seluruh badanku yang menggigil kedinginan.
Ku lirik kearah Jinki yang sedang membuka jaketnya. Mau apa dia? Setelah jaketnya terlepas, dia membuka kancing kemeja seragamnya dan hanya menyisakan sebuah kaos oblong yang melekat di dadanya.
“Lain kali, jangan pakai rok sependek ini!” dia menaruh kemejanya diatas pahaku yang kelihatan akibat rok yang kependekan. Aku tersenyum menertawai diriku sendiri yang bodoh akibat berpikiran negatif pada Jinki.
Tak puas membuatku terkejut, Jinki menambahkan rasa terkejutku dengan memasangkan jaketnya di badanku.
“Lain kali, beli seragam yang lebih tebal!” tambahnya.
“Iya cerewet!” aku tertawa setelah mengatakan itu pada Jinki. Ya, dia memang cerewet, melebihi ibuku.
Tapi tawaku langsung berhenti ketika melihat dirinya yang kini kedinginan. Aku jadi merasa bersalah karena sudah menerima jaket Jinki.
Aku merapatkan jarak antara kami berdua dan memberikan setengah bagian jaket itu padanya. Berbagi jaket mungkin hal yang baik, pikirku.
“Yeonju-ya, disini sangat dingin” ungkapnya.
“Hmm…” gumamku menyetujui.
“Boleh aku memelukmu?”
Aku menatap wajahnya yang sedikit pucat sebelum akhirnya mengangguk. Dia merengkuh seluruh tubuhku. Aku juga membenamkan wajahku di dalam lekukan lehernya.
“Jinki-ya~”
“Hmm?”
“Jangan lepaskan pelukanmu. Disini, hangat” aku mendengar Jinki tersenyum dan berkata,
“Tentu saja”
“Jinki-ya,” aku mengangkat wajahku untuk menatapnya.
“Gigimu yang beradu itu membuatku tidak tenang,” aku menyentuh bibirnya yang menggigil dengan ibu jariku.
“Benarkah?” Dia tersenyum dan menarik jaket itu sampai wajah kami tertutupi.
Finally, on the revers side of blue jacket, we kissed.
***
“Sebentar lagi kita sampai” Minho membuyarkan lamunanku.
“Jeongmal?” jawabku semangat. Aku tidak sabar karena dalam hitungan menit aku akan bertemu dengan Jinki.
Tak berapa lama Minho memberhentikan mobilnya.
“Disini kan?” tanyanya memastikan.
“Hmm…” aku memperhatikan daerah disekitarku. “Iya. Ohya, kau jangan ikut ya. Aku ingin berdua saja dengannya”
“Arasseo, pergilah” aku tersenyum sambil mengambil sebuket bunga mawar putih dari dashbor mobil Minho dan bersiap keluar.
“Tunggu!” cegah Minho. Aku menoleh,
“Kenapa?”
“Jangan lupa katakan padanya kalau kita akan segera menikah”
“Iya sayang, sudah hampir sepuluh kali kau mengatakannya” melihat Minho tersenyum, aku pun segera pergi dari sana.
Bau tanah yang lembab karna hujan sudah berhenti menyambut kedatanganku. Aku mendekat dan meletakkan sebuket mawar tadi di depan batu nisan bertuliskan nama, Lee Jinki. Aku berjongkok dan mengusap batu nisan itu. Senyum getir juga tergambar diwajahku.
Aku memejamkan mata dan menakup kedua telapak tanganku di depan dada sambil mulai berbicara dalam hati.
“Tak terasa sudah enam tahun kau meninggalkanku. Sebenarnya aku masih ingin marah kepadamu yang merahasiakan penyakit itu padaku. Tapi berhubung kau sahabatku, jadi tidak mungkin kan aku marah padamu selama bertahun-tahun? Aku juga bodoh karna tidak menyadarinya. Aku bukan teman baik kan? Yak, Lee Jinki, kelak kau harus meminta maaf padaku!”
“Ng…sebentar lagi aku dan Minho akan menikah. Sebenarnya aku sedikit merasa bersalah padanya, karna aku masih belum bisa melupakanmu. Layaknya de javu, semua hal yang ku lakukan dengannya yang kupikirkan adalah hal-hal yang kulakukan denganmu. Aku masih merasa kau bersamaku. Mungkin karna kau masih berkeliaran di hati dan fikiranku. Disana, kau terus tumbuh~”
“Tapi sekarang, aku ingin melepasmu. Setidaknya, aku tidak lagi menyangkut-pautkan hal yang ku lakukan bersama Minho dengan hal yang ku lakukan bersamamu, dulu”
“Jinki-ya, mohon bantu aku untuk menjauh darimu, menghilangkanmu dari pikiranku, dan____Hei, aku serius. Jangan gelitikin aku Jinki!” aku berhenti dan mulai tertawa akibat sentuhan aneh dileherku.
Aku membuka mata dan melihat setangkai mawar merah dibahuku. Aku mendongakkan kepala dan melihat Minho yang sudah berdiri disampingku.
“Ini, tadi ketinggalan di mobil. Yeonju-ya, bisakah kita pulang lebih cepat? Aku merasa sebentar lagi hujan akan turun” ucapan Minho membuatku melihat kearah langit. Benar saja. Awan hitam telah tampak disana.
“Sebentar” kataku padanya. Cepat-cepat aku memejamkan mata dan menakup kedua tanganku didepan dada –lagi- Dalam hati aku berkata,
“Jinki-ya, sebenarnya aku tau dia hanya cemburu melihatku bersamamu dan menjadikan alasan hujan agar aku cepat-cepat mengakhiri pembicaraan kita dan pergi dari sini. Semoga aku dan kau bisa bertemu di masa yang abadi” ucapku mengakhiri percakapan.
“Ayo kita pulang,” kataku seraya berdiri dan mengapit lengan Minho.
“Ini, mawarnya taruh dulu”
“Itu aku beli untukmu” aku menyentil pelispis Minho dan pergi menjauh.
“Sungguh? Jadi sekarang mawar ini milikku?” tanyanya seraya berjalan menghampiriku.
“Iya,”
“Kalau begitu, would you marry me?” tanya Minho untuk yang kedua kalinya sambil menyerahkan mawar pemberianku tadi.
Dan dengan bodohnya, untuk kedua kalinya juga aku mengangguk seraya mengambil pemberiannya.
Kami sama-sama tersenyum. Perlahan Minho mendekatkan wajahnya. Aku pun menutup kedua mataku dan merasakan sesuatu yang lembab menyentuh bibirku.
Aku membuka mata ketika adegan itu telah usai. DEG! Kenapa yang kulihat adalah Minho? Sudah lima tahun aku berpacaran dengannya dan setiap aku membuka mata setelah aku berciuman dengannya, yang pertama kali ku lihat itu Jinki! Tapi ini? Ini pertama kalinya aku melihat Minho setelah kissing.
Aku mengedarkan pandanganku keseluruh penjuru. Mataku berhenti ketika melihat Jinki berdiri tepat disamping makamnya sambil memegang sebuket mawar putih yang tadi aku bawa. Dia tersenyum padaku dan menyelipkan kata ‘thankyou’ dibibirnya. Aku balas tersenyum.
Tetesan air hujan menyadarkanku. Minho meraih pinggang dan merapatkan tubuhku ke badannya. Dilindungi jaket kulit Minho yang berada diatas kepalaku dan kepalanya, kami berlari menuju mobil dan melanjutkan perjalanan pulang.
-END-

Gimana? Jangan lupa di comment ya, lebih dan kurang, aku mohon maaf. Kritik dan saran kalian sangat aku butuhkan. Thnkyou udah menyisakan waktu kalian untuk baca ff gaje aku hihi *bow ^^

Sabtu, 27 Juli 2013

FF SHINee : Would You Be?

Tittle                : Would You Be?
Author             : Khairunnisa Wahda & Loemongga Khofifah
Cast                 : Lee Jinki
                          Park Eunsa ( y.o.u )
Length             : Ficlet
Rating              : PG-15
Genre              : Romance
^v^
            “Kau mau membawaku kemana?” aku bertanya pada seseorang yang sedang menyetir disampingku, tapi tak ada jawaban darinya.
            “Kau seharusnya membicarakan ini dulu padaku sebelumnya. Memberi tahuku pergi kemana, membiarkan aku mempersiapkan diri. Setidaknya hanya untuk mandi dan berganti pakaian! Tidak seperti ini, membangunkanku pagi buta dan mengajakku pergi ntah kemana. Membiarkanku masih setia memakai piyama dan sandal rumah berkepala kelinci besar. Belum lagi kau menutup mataku dengan scraft ini. Apa maksudnya ini? Kau itu seperti____”
            “Bisakah kau berhenti protes? Menurutku kau terlihat cantik kapan saja, sekalipun kau baru bangun tidur,”
            Huft, itulah Jinki. Dia selalu bisa membungkam mulutku hanya dengan kalimat manis yang diucapkannya.
            Mengapa pagi-pagi buta begini dia sudah membuatku merasa kesal dan senang sekaligus? Menyebalkan!
            “Cha! Sudah sampai..” Jinki turun dan membukakan pintu untukku.
            Layaknya orang tunanetra, dia menuntunku berjalan. Tangan kirinya melingkar di pinggangku, sedangkan tangan kanannya menggenggam tangan kananku.
            Dapat ku dengar hentaman ombak yang berkejar-kejaran. Pantai kah ini?
            “Pelan-pelan! Jangan sampai kau merusaknya!” ucap Jinki.
            Ku turuti ucapannya meski aku penasaran apa yang akan rusak jika aku berjalan sembarangan.
            “Kau siap?” tanyanya sambil membuka scraft yang ku pakai.
            “Sekarang, buka matamu,” perintahnya.
            Perlahan ku buka mataku. Aku terbelalak. Bahkan tanpa sadar aku sudah menahan napas.
            Ini sungguh menakjubkan!
            Bayangkan saja, Jinki menculikku pagi-pagi buta hanya untuk melihat sunrise. Belum lagi kini aku tengah berdiri diatas pasir pantai dengan kelopak bunga mawar berbentuk lambang hati yang sengaja ditebar olehnya.
            Dapat ku rasakan tangan kekar itu melingkar dipinggangku. Jinki memelukku dari belakang, dagunya mendarat di pundak kananku.
            “Kau suka?” tanyanya pelan, tapi masih dapat ku dengar dengan jelas.
            “Sangat,” ucapku seraya tersenyum.
            Aku dan Jinki terdiam menikmati suasana yang kami rasakan sekarang. Pelukannya menghangatkan tubuhku -yang masih memakai piyama tipis- dari udara dingin di pagi hari.
            Jinki melepas pelukannya dan berjalan kedepanku. Aku hanya mampu menatapnya heran. Ku lihat kini Jinki berlutut sambil terus memegang tanganku.
            “Sayang, terimakasih telah menjadi ratu hatiku selama tiga tahun ini. Love you more than you know,” ungkapnya sambil tersenyum manis.
            Aku speechless. Aku tak bisa berbuat apa-apa selain tersenyum haru. Bahkan aku sendiri lupa kalau hari ini adalah hari jadi kami yang ketiga tahun.
            Jinki mengecup punggung tanganku sekilas. Cairan hangat itu menggenang di pelupuk mataku.
            Jinki bangkit seraya merogoh saku belakang celananya. Tepat didepan wajahku, dia menggenggam tangannya sendiri. Perlahan jari-jarinya merenggang dan sebuah liontin berwarna aquapearl menggantung disana. Pantulan cahaya matahari yang akan terbit dan kilatan air pantai membuat liontin yang dipegang Jinki semakin bersinar.
            Jinki tersenyum dan memakaikan liontin itu ke leherku.
            “Kau terlihat lebih cantik jika memakai liontin ini,” ucapnya yang hanya bisa ku balas dengan senyum.
            “Would you be a part of my life? Be a piece of my heart? And be a mom for my child?”
            Aku kembali menatap dalam mata Jinki. Mencoba mencari celah kebohongan disana. Tapi hasilnya? NOTHING! Jinki benar-benar serius kali ini.
            Cairan hangat yang sedari tadi ku tahan memaksa untuk keluar. Menciptakan aliran sungai kecil di pipiku.
            “Hey, jangan menangis,” dengan cepat dia menghapus air mataku dan langsung memelukku.
Dia mengelus punggungku pelan. Aku terus menangis mengeluarkan seluruh emosiku. Ntahlah, hanya saja ini terlalu mendadak. Aku tak pernah berfikir sebelumnya kalau Jinki akan melamarku dengan cara seperti ini. Ini terlalu……romantis.
Pelukan Jinki melonggar, walaupun tangannya masih melingkar dipinggangku. Dia menatapku dengan penuh harap.
“Would you be?” tanyanya lagi.
Aku mengangguk yakin kali ini. Jinki tersenyum sehingga membuat mata sipitnya menjadi garis lengkung.
“Thankyou,” ucapnya sambil mengecup keningku.
“Jangan pernah lupakan aku dari fikiranmu”
Dia mengecup mata kanan dan kiriku, “Jangan pernah menangis lagi untukku”
Di kecupnya hidungku, “Teruslah bernapas untukku”
Lalu dia mengecup kedua pipiku, “Teruslah tersenyum untukku,”
Aku menatapnya dalam-dalam, seolah ingin menyakinkan kalau itu adalah keinginan terbesarnya.
“Terus yang ini untuk apa?” tanyaku dengan nada menggoda.
“Yang mana?” dia kelihatan pura-pura bingung. Ya, Lee Jinki! Wajahmu tidak cocok dipakai untuk berbohong.
“Yang ini….”
“Yang mana sayang?” tanyanya dengan wajah polos. Aish, dia benar-benar mempermainkanku!
“Yang ini….*CHU~~*” aku mengecup bibirnya singkat.
“Nggg…Kalau yang itu…” Jinki tampak berfikir, “Yang itu untuk memanjakan bibirku,” ucapnya nakal.
“YAK!!!” spontan ku pukul kepalanya dengan sangat keras.
“Ya, appooo~” rintih Jinki seraya mengelus kepalanya yang ku pukul tadi.
“Dasar!” aku tersenyum dan langsung mengalungkan tanganku dilehernya. Ku peluk tubuhnya erat dan kurasakan Jinki melingkarkan tangannya di pinggangku, membalas pelukanku.
“Aku mencintaimu,” bisikku.
“Aku juga,” ucapnya seraya mengecup pundakku.

-END-

Otte? Aneh ya? Hehe, jujur ini karya kolaborasi pertamaku dengan kaknisa. Kalau kalian suka, bilang suka ya. Kalau enggak, bilang suka juga huahaha. Komentar, kritik, dan saran kalian sangat kami tunggu karena itu akan membantu kami kedepannya. Don’t be siders ya, thnkyou udah nyempatin buat baca ff gaje ini ^^ *bow

Minggu, 21 Juli 2013

FF SHINee : Kissing You at Library~

Title                 : Kissing You at Library
Author             : Lee Jihyuk
Cast                 : Lee Taemin
                          Song Hyosung
Length             : Ficlet
Rating              : PG-15
Genre              : Friendship, Romance
****
            Namaku Song Hyosung. Aku menuntut ilmu di Chungdam High School. Sudah lima kali berturut-turut aku meraih peringkat tertinggi disetiap semester. Bukannya sombong, tapi inilah kenyatannya.
            Kadang tak selamanya aku beruntung. Contohnya seperti sekarang ini, karena ujian akhir sudah dekat, aku ditugaskan seongsam membuat jadwal pelajaran tambahan untuk Taemin. Awalnya aku tak percaya kalau Taemin masuk di daftar siswa paling bodoh di sekolah ini, karena dulu waktu Junior High School, kami selalu bersaing demi meraih tingkat pertama di kelas. Tapi setelah aku melihat nilai prestasinya, aku menggeleng prihatin. Ada apa dengannya?
            Akhirnya, aku rela menjadi guru privatnya selama beberapa minggu demi mencagah dirinya tidak lulus. Huft-__-
****
            Sekarang aku sedang berada di perpustakaan, atau lebih tepatnya berada diatas tangga berukuran sedang yang menghubungkanku dengan buku-buku super tebal di rak paling atas.
            “YAK! Itu sudah cukup!!” teriak Taemin setelah aku mengambil buku yang ketiga.
            Aku melihatnya yang kini berada tepat di bawahku.
            “Hei! Kau mengintip yaa?!” spontan ku tutup rok-ku dengan sebelah tangan yang terbebas dari buku tebal seperti ensiklopedia.
            “Aku sama sekali tidak tertarik dengan wanita yang memakai celana dalam warna pink,” ucapnya santai.
            Tunggu! Dari mana dia tau kalau celana dalamku warna pink?!
            “YA! Lee Taemin!! Kaauuu_____” aku tak melanjutkan kalimatku karena sesaat kemudian aku merasa tangga yang aku pijak saat ini sedang goyang.
            “Ya..ya..yaaa~” teriakku panik saat aku tak bisa menjaga keseimbanganku.
            Aku terhuyung dan akhirnya….*BAM
            Suara yang timbul dari tangga jatuh membuat semua orang yang ada disana melihat kearahku.
            Dapat ku dengar tarikan napas yang tertahan akibat ulahku. Anehnya, kenapa aku tidak merasa sakit sama sekali?
            “Cepat foto!” seru salah satu dari mereka.
            Bidikan kamera yang berkali-kali itu membuatku tersadar dengan sepasang bola mata bening teduh sedang menatapku.
            Aku membulatkan mata saat merasa bibirku menyentuh sesuatu yang lembab. Aku dan Taemin….~??
            “Apa yang kalian lakukan?!!” teriak seongsam penjaga perpustakaan.
            Mendengar itu, aku langsung melepas tautan di bibirku dan Taemin. Ku gigit bibir bawahku saat Taemin menatapku dengan aneh.
            “Minggir!” ucapnya datar.
            Aku langsung bangkit dari atas tubuhnya. BODOH! Itulah kata yang tepat untuk menggambarkan diriku saat ini.
            Aku hanya mampu menunduk dan merutuki dirku sendiri. Kenapa aku dan Taemin bisa…? Ah! Sungguh memalukan!
            Ku lirik Taemin yang sedang mencoba menyingkirkan tangga yang menimpa lengan kanannya.
            “Jangan salahkan dirimu~” ujarnya pelan sambil berlalu meninggalkanku.
            Aku hanya mampu menatap punggungnya yang semakin menjauh.
            “Tunggu! Darahkah itu?” tanyaku -yang ntah pada siapa- saat melihat cairan kental berwarna merah mengalir dilengan bajunya yang tertimpa tangga tadi.
            Aku berfikir sejenak untuk memastikan ‘apa benar itu darah?’
            Ku alihkan pandangan mataku ke tangga dan mendapati sebuah paku besar yang timbul dan penuh dengan cairan kental.
****
            Aku terus berlari menelusuri sudut-sudut sekolah. Mencari keberadaan Taemin yang ntah dimana. Setidaknya aku harus berterimakasih karena dia telah menyelamatkanku. Dari mulai kelas, toilet, lapangan, hasilnya tetap sama saja. NOTHING!
            Aku menyerah mencarinya dan berjalan gontai ke taman belakang sekolah.
            Aku ingin melangkah mundur saat melihat Taemin berada disana. Dia sedang membersihkan lukanya dengan seragam sekolah. Menyisakan kaos polos warna putih yang mengekspos dada bidangnya. Sexy, pikirku.
            “Jangan pakai itu, tunggu sebentar!” teriakku dari tempatku berdiri.
            Dapat ku lihat raut bingung memenuhi wajah tampannya. Tunggu! Tampan? Sejak kapan aku mulai memujinya?
            Aku berlari menuju UKS dan mengambil kotak p3k disana. Cepat-cepat aku kembali ke taman dan mendapati Taemin masih setia membersihkan lukanya dengan seragam. Aku menghampirinya.
            “Kan sudah ku bilang tunggu sebentar! Kenapa kau terus membersihkannya dengan ini?!” tanyaku sambil mengambil seragamnya dan duduk disebelahnya.
            “Lihat seragammu jadi kotor!” omelku seraya menuntun tangannya kepangkuanku agar lebih mudah mengobatinya.
            Ku tiup lengannya yang barusan ku taruh obat merah dan mulai menggulung perban disana.
            Tanpa ku sadari, Taemin terus memperhatikanku.
            “Maaf, karena kecerobohanku kau jadi seperti ini,” aku tertunduk dan menggigit bibir bawahku, mencoba menahan tangis.
            Tiba-tiba Taemin mengangkat daguku dengan tangan kirinya.
            “Jangan mengangis. Ini semua juga salahku,” Taemin berhenti sejenak.
            “Andai saja aku tidak berpura-pura bodoh untuk membiarkanmu mendapat peringkat pertama, kau pasti tidak akan kerepotan mengajariku. Dan kejadian ini tidak akan pernah terjadi,”
            “Lagian lukanya juga akan segera sembuh,” tambahnya seraya tersenyum tulus.
            DEG!
            Kenapa dengan jantungku? Senyumnya membuatku………~
            “Ngg,,tapi kalau saja aku tidak___”
            Belum selesai aku berbicara, Taemin sudah menempelkan jari telunjuknya di bibirku. Membuat aliran darahku mengalir cepat.
            “Kau percaya padaku kan? Ini tak apa,” katanya sambil memperlihatkan senyum itu –lagi-
            Aku yang merasa seperti terhipnotis hanya bisa mengangguk.
Dengan tangan kanan yang masih setia di daguku, perlahan dia tarik wajahku mendekati wajahnya. Semakin dekat, dekat, dan dekat. Refleks, ku tutup kedua mataku untuk merasakan benda lunak itu mendarat di bibirku. Taemin melumat bibir bawahku dengan lembut.
            Selang beberapa detik, dia melepaskan ciuman itu. Masih dengan jarak yang sangat dekat, dia berkata, “Manis”
            Aku hanya dapat menundukkan kepala. Rona merah memenuhi parasku sekarang.
            “Kenapa kau berpura-pura bodoh untuk membuatku mendapatkan peringkat pertama, heum?” tanyaku pelan sambil menatap mata beningnya.
            Taemin cukup kaget mendengar pertanyaanku, tapi seketika dia tersenyum.
            “Karena sejak dulu..Sejak SMP...Aku sudah menyukaimu,” katanya sambil berhambur kepelukanku dan mengecup pundakku.
            Awalnya aku memang cukup kaget. Tapi akhirnya aku tersadar,
            “Kurasa, aku juga menyukaimu,” ucapku hampir terdengar seperti bisikan.
-END-

Otte? Aneh ya? Hehe maaf. Aku sangat senang jika kalian mau meninggalkan jejak. Komentar, kritik, dan saran kalian sangat aku perlukan. So, don’t be siders yaaa…Sebelumnya terimakasih karena udah nyempetin waktu buat baca karya gaje ku kkk *bow

Senin, 11 Februari 2013

SHINee Teaser Photo The 3rd Album 'Dream Girl'


 Sebelumnya aku udah ngepost photo teaser Taemin & Key. Tapi kali ini aku bakal ulang postnya. Dan ini lengkap semua member!

Yang pertama keluar itu Teasernya Key!


 
*Disini ntah kenapa aku ngerasa
Key itu mirip sm Lee Hongki 'Ft.Island'

 
 *Nah, kalo disini aku ngerasa Key mirip
sama bule inggris gitu xD

Yang kedua itu Teasernya Taemin



*Suami gua keren banget yaowoh :$

Yang ketiga Teasernya Minho



*Ini imut bgt Minho disini~

Yang keempat, Teasernya Jonghyun


*Suka bgt sama photo yg ini! ;AA
Tp itu gaktau, siapa yg disebelahnya Jjong-_-

 
*Yaowoh, Jjong manly bgt!
Astaga /melting/ ;AA

Yang terakhir & yg paling gue tunggu2 itu ya, photo teasernya bapake inyong alias Onew!

 
*Mukanya innocent bgt :D

 
*Mau tidur disebelahnya ;AA

 
*Ini keren ya? Kaya photo2 jaman apa gitu xD

Nah, itu dia teaser 'dream girl' nya SHINee. Tunggu rilis albumnya tanggal 19 february ntar ya. Oke?